Berat badan yang tiba-tiba naik tanpa perubahan besar dalam pola makan atau aktivitas fisik sering kali menjadi tanda peringatan serius. Tidak seperti fluktuasi berat badan secara bertahap, lonjakan massa tubuh secara mendadak bisa menjadi petunjuk adanya gangguan kesehatan yang tersembunyi.
Kondisi ini dapat berkaitan dengan gangguan hormon, masalah jantung, penyakit ginjal, atau efek samping obat-obatan tertentu. Berikut ini adalah tujuh penyebab medis yang perlu Anda waspadai saat berat badan meningkat tanpa sebab yang jelas.
1. Hipotiroidisme: Masalah Hormon yang Sering Terlewatkan
Salah satu penyebab hormonal yang paling umum namun kerap luput dari perhatian adalah hipotiroidisme. Kondisi ini terjadi ketika kelenjar tiroid tidak memproduksi hormon tiroid dalam jumlah cukup. Hal ini menyebabkan metabolisme melambat, menimbulkan penumpukan lemak dan retensi cairan dalam tubuh.
Sebuah ulasan yang dipublikasikan dalam The Lancet Diabetes & Endocrinology tahun 2024 menunjukkan bahwa bahkan hipotiroidisme subklinis, yang sering tidak disadari dapat memengaruhi regulasi berat badan secara signifikan. Gejala seperti kelelahan, tubuh terasa dingin, dan pembengkakan sering kali tidak disadari sebagai gejala tiroid, sehingga kondisi ini kerap tidak terdiagnosis. Tes darah untuk memeriksa kadar TSH (Thyroid Stimulating Hormone) dan T4 bebas menjadi kunci utama dalam mengenali kondisi ini sejak dini.
2. Sindrom Cushing: Akibat Produksi Kortisol yang Berlebihan
Sindrom Cushing adalah kondisi di mana tubuh memproduksi terlalu banyak hormon kortisol. Hormon ini memengaruhi distribusi lemak tubuh, terutama di area leher belakang dan sekitar tulang selangka. Selain itu, kondisi ini juga dapat menyebabkan resistensi insulin, hipertensi, dan pelemahan otot.
Penelitian dari Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism pada tahun 2023 menunjukkan bahwa penggunaan kortikosteroid dari luar tubuh masih menjadi penyebab utama di negara maju. Diagnosis biasanya melibatkan pemeriksaan urin selama 24 jam untuk menilai kadar kortisol serta pencitraan MRI untuk mendeteksi sumber produksi hormon.
3. Gagal Jantung dan Retensi Cairan: Berat Badan Bertambah Tapi Bukan Lemak
Pada pasien gagal jantung, peningkatan berat badan sering kali disebabkan oleh penumpukan cairan, bukan lemak. Ketika jantung tidak mampu memompa darah secara efisien, ginjal akan kekurangan suplai darah dan merespons dengan mempertahankan natrium dan air.
Menurut Dr. Omar Haddad dari Cleveland Clinic, kenaikan berat badan lebih dari dua kilogram dalam satu minggu pada penderita gagal jantung merupakan tanda bahaya retensi cairan yang dapat menyebabkan perburukan kondisi. Pemantauan berat badan harian menjadi metode penting untuk mencegah komplikasi serius akibat kelebihan cairan.
4. Sindrom Ovarium Polikistik (PCOS): Gangguan Hormonal yang Mengganggu Berat Badan
Sindrom Ovarium Polikistik (PCOS) tidak hanya berdampak pada kesuburan, tetapi juga erat kaitannya dengan peningkatan berat badan. Kondisi ini sering melibatkan resistensi insulin dan kelebihan hormon androgen yang mendorong penumpukan lemak, khususnya di bagian perut.
Sebuah studi tahun 2024 dalam jurnal Fertility and Sterility menemukan bahwa lebih dari 70% wanita dengan PCOS mengalami kelebihan berat badan dalam tahun pertama setelah diagnosis. PCOS juga memengaruhi ovulasi dan meningkatkan risiko gangguan metabolik jangka panjang.
5. Obat-Obatan yang Tidak Disangka Bisa Bikin Berat Naik
Beberapa jenis obat yang umum diresepkan ternyata memiliki efek samping berupa kenaikan berat badan. Di antaranya adalah:
- Obat antipsikotik (seperti olanzapine dan clozapine)
- Insulin dan obat sulfonilurea
- Antidepresan trisiklik
- Beta-blocker
Obat-obatan ini dapat memengaruhi pengaturan nafsu makan, sensitivitas terhadap leptin, hingga aktivitas mitokondria tubuh. Anti-psikotik generasi kedua, misalnya, diketahui mengganggu jalur hipotalamus yang berperan dalam mengontrol rasa kenyang. Oleh karena itu, pemantauan berat badan sejak awal penggunaan obat menjadi hal penting menurut Dr. Isabelle Tran, seorang farmakolog klinis dari McGill University.
6. Penyakit Ginjal Kronis dan Retensi Natrium
Pada tahap awal hingga sedang, penyakit ginjal kronis (PGK) dapat menyebabkan penumpukan cairan di tubuh akibat gangguan ekskresi natrium. Hal ini kerap disalahartikan sebagai kenaikan berat badan padahal yang terjadi adalah pembengkakan jaringan akibat kelebihan cairan.
Pembaruan panduan dari National Kidney Foundation tahun 2024 menyarankan penggunaan analisis bioimpedansi untuk membedakan antara akumulasi lemak dan cairan pada pasien ginjal. Hal ini penting agar diagnosis dan pengobatan dapat disesuaikan dengan kebutuhan sebenarnya.
7. Insulinoma: Tumor Langka yang Menyebabkan Hipoglikemia dan Nafsu Makan Berlebih
Insulinoma adalah tumor langka yang berasal dari sel pankreas dan menghasilkan insulin secara berlebihan. Akibatnya, pasien mengalami hipoglikemia berulang yang sering mendorong konsumsi makanan secara berlebihan sebagai bentuk kompensasi.
Meskipun jarang terjadi, insulinoma perlu dipertimbangkan jika seseorang mengalami kenaikan berat badan disertai gejala seperti pusing, gemetar, atau kelaparan ekstrem yang muncul tiba-tiba. Diagnosis dilakukan melalui tes puasa hingga 72 jam dan pengukuran rasio insulin-glukosa dalam darah.
Jika Anda mengalaminya tanpa alasan yang jelas, penting untuk mempertimbangkan kemungkinan adanya kondisi medis yang mendasarinya. Pendekatan diagnosis yang menyeluruh dan kolaboratif antara spesialis seperti ahli endokrin, jantung, ginjal, dan farmakologi dapat membantu mengungkap penyebab sebenarnya serta merancang pengobatan yang tepat. Jangan anggap remeh perubahan pada tubuh Anda, karena bisa jadi itu adalah cara tubuh memberi sinyal adanya gangguan yang perlu ditangani segera.