Sleep apnea, gangguan yang ditandai dengan berhentinya napas saat tidur, telah lama dikenal karena dampaknya yang merugikan terhadap kesehatan jantung, fungsi metabolisme, dan kualitas hidup secara umum. Namun, penelitian terbaru mengungkapkan gangguan ini juga memiliki efek pada otak, terutama pada area yang penting untuk memori dan fungsi kognitif.


Sebuah studi revolusioner yang dilakukan oleh para peneliti dari Universitas California, San Francisco, memberikan wawasan mendalam tentang kerusakan neurologis yang disebabkan oleh sleep apnea, menunjukkan bahwa kondisi ini dapat menyebabkan penurunan memori jangka panjang dan penurunan kognitif.


Peran Area Otak dalam Memori


Konsolidasi memori adalah proses rumit yang melibatkan beberapa bagian otak, termasuk hippocampus, korteks prefrontal, dan lobus temporal. Area-area ini sangat penting untuk menyimpan dan mengingat informasi, pengambilan keputusan, serta pengaturan emosi. Hippocampus, khususnya, berperan sentral dalam pembentukan memori baru dan sangat sensitif terhadap gangguan pada kadar oksigen dan pola tidur. Pada pasien dengan sleep apnea, gangguan pernapasan dan penurunan kadar oksigen saat tidur dapat menyebabkan aliran darah yang tidak mencukupi ke otak. Hal ini dapat memicu serangkaian peristiwa yang mengarah pada peradangan, stres oksidatif, dan kerusakan neuron, terutama di area yang terkait dengan memori.


Studi yang dilakukan oleh Dr. Michael A. Smith, seorang ahli saraf di UCSF, menyoroti efek spesifik ini, menekankan potensi konsekuensi jangka panjang dari sleep apnea yang tidak ditangani terhadap kesehatan kognitif.


Sleep Apnea dan Kerusakan Hippocampus: Hubungan Langsung


Penelitian UCSF yang dipublikasikan dalam The Journal of Neuroscience pada Maret 2025 memberikan bukti kuat bahwa sleep apnea berkaitan langsung dengan kerusakan pada hippocampus. Menggunakan teknik pencitraan neuro canggih, para peneliti mengamati pengurangan volume hippocampus pada pasien dengan sleep apnea tingkat sedang hingga parah, yang menunjukkan bahwa gangguan ini dapat mempercepat proses penuaan otak.


Dr. Smith menjelaskan, "Penelitian kami menunjukkan bahwa hipoksia intermiten kronis, yang menjadi ciri sleep apnea, mengganggu sirkuit hippocampus, yang menyebabkan gangguan dalam pembentukan dan pengambilan memori." Temuan ini sangat signifikan karena hippocampus tidak hanya penting untuk memori, tetapi juga untuk pembelajaran dan pengaturan emosi. Kerusakan pada wilayah ini dapat menyebabkan kesulitan dalam mengingat informasi baru dan mengingat pengalaman masa lalu.


Dampak pada Fungsi Kognitif: Lebih dari Sekadar Memori


Meski gangguan memori adalah konsekuensi yang paling dikenal dari sleep apnea, kondisi ini juga dapat mempengaruhi fungsi kognitif lainnya. Penelitian menunjukkan bahwa individu dengan sleep apnea yang tidak ditangani mengalami penurunan fungsi eksekutif seperti pemecahan masalah, perhatian, dan pengambilan keputusan.


Penelitian dari UCSF juga menyoroti hubungan antara kerusakan memori dan gangguan kognitif yang lebih luas, dengan sleep apnea memperburuk gejala penurunan kognitif yang sering terlihat pada kondisi seperti penyakit Alzheimer. Dr. Maria L. Jacobs, seorang ahli saraf kognitif dan penulis studi ini, menjelaskan, "Efek kognitif dari sleep apnea sangat beragam. Data kami menunjukkan bahwa sleep apnea tidak hanya merusak area otak yang terkait dengan memori, tetapi juga mengganggu kemampuan otak untuk beradaptasi dan melaksanakan tugas-tugas kompleks."


Mekanisme Neurologis yang Terlibat: Bagaimana Sleep Apnea Merusak Otak


Mekanisme yang mendasari kerusakan otak akibat sleep apnea sangat kompleks dan masih dalam penelitian lebih lanjut. Namun, beberapa proses kunci tampaknya berperan. Hipoksia intermiten kronis (CIH), yang terjadi ketika pernapasan berhenti dan dimulai kembali selama tidur, diyakini menyebabkan kerusakan sel otak dengan memicu stres oksidatif dan peradangan. Pasokan oksigen yang berkurang ini memengaruhi fungsi neuron, mengganggu kemampuan otak untuk memperbaiki dan memperbarui diri.


Selain itu, gangguan tidur yang sering terjadi pada sleep apnea juga berkontribusi pada penurunan kognitif. Sleep apnea sering dikaitkan dengan gangguan siklus tidur, terutama kurangnya tidur dalam fase tidur dalam (slow-wave sleep) dan tidur REM, yang sangat penting untuk konsolidasi memori. Gangguan kronis terhadap arsitektur tidur ini semakin memperburuk kerusakan pada fungsi kognitif.


Implikasi Klinis: Pentingnya Deteksi Dini dan Pengobatan


Temuan dari studi UCSF memiliki implikasi yang sangat penting untuk diagnosis dan pengobatan sleep apnea. Meskipun sleep apnea biasanya didiagnosis melalui polisomnografi malam atau tes tidur di rumah, metode ini mungkin tidak selalu menangkap seluruh kerusakan otak yang terkait dengan gangguan tersebut.


Dr. Smith menambahkan, "Sleepapnea sering tidak terdiagnosis, terutama pada individu yang mengalami gejala ringan. Deteksi dini sangat penting untuk mencegah penurunan kognitif yang bisa bersifat permanen." Pengobatan sleep apnea, seperti penggunaan alat CPAP (terapi tekanan udara positif kontinu), terbukti efektif untuk meningkatkan kualitas tidur dan mengurangi gangguan pernapasan. Namun, efeknya terhadap kesehatan otak masih dalam penelitian.


Dr. Jacobs menyarankan, "Meskipun terapi CPAP meningkatkan kualitas tidur, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan apakah terapi ini dapat membalikkan atau mencegah kerusakan otak yang disebabkan oleh sleep apnea. Tujuannya adalah untuk menemukan strategi terapeutik yang tidak hanya mengembalikan pola tidur normal tetapi juga mendukung kesehatan otak."


Sleep Apnea dan Penyakit Alzheimer: Koneksi yang Membuat Cemas


Ada kekhawatiran yang berkembang tentang hubungan antara sleep apnea dan penyakit neurodegeneratif seperti Alzheimer. Penelitian UCSF semakin mempertegas bahwa sleep apnea dapat mempercepat timbulnya Alzheimer, karena kerusakan pada hippocampus dan area otak yang berperan dalam memori dapat menyerupai gejala awal neurodegenerasi.


Sebuah meta-analisis yang dipublikasikan dalam The Lancet Neurology pada 2024 menemukan bahwa individu dengan sleep apnea memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan penyakit Alzheimer, terutama mereka yang menderita sleep apnea berat atau tidak diobati. Dr. Emma R. Taylor, seorang ahli saraf geriatri, menjelaskan, "Hubungan antara sleep apnea dan Alzheimer tidak terlalu mengejutkan. Kedua kondisi ini memiliki fitur yang tumpang tindih, seperti gangguan memori dan kognisi. Yang menjadi perhatian adalah bahwa sleep apnea yang tidak diobati dapat mempercepat perkembangan Alzheimer."


Studi ini membuka pembicaraan penting mengenai dampak sleep apnea terhadap kesehatan otak. Seiring dengan berlanjutnya penelitian, semakin jelas bahwa sleep apnea harus diakui bukan hanya sebagai gangguan tidur, tetapi juga sebagai faktor risiko potensial untuk penurunan kognitif dan kerusakan neurologis. Deteksi dini, pengobatan, dan pemantauan yang berkelanjutan akan sangat penting untuk mengurangi risiko ini. Bagi mereka yang menderita sleep apnea, mencari saran medis dan mengeksplorasi opsi pengobatan seperti terapi CPAP atau intervensi alternatif sangat penting untuk menjaga kesehatan tidur dan otak.


simak video "mengenal gangguan tidur, sleep apnea"

video by "KOMPASTV"