Di tengah maraknya tren parenting modern yang muncul di media sosial, kini giliran gaya "ibu beige" mencuri perhatian para orang tua muda, khususnya di kalangan komunitas Lykkers.


Bukan hanya soal pola asuh, tren ini lebih menyoroti tampilan rumah dan lingkungan anak dengan nuansa netral yang disebut-sebut bisa menciptakan suasana tenang dan minim rangsangan visual.


Tapi benarkah pendekatan ini bermanfaat bagi tumbuh kembang si kecil, atau hanya sekadar gaya hidup estetik yang viral sesaat?


Apa Itu Tren "Ibu Beige"?


Tren "ibu beige" mengedepankan penggunaan warna-warna netral seperti beige, krem, cokelat muda, dan putih tulang dalam dekorasi rumah, terutama di ruang anak. Mulai dari furnitur, mainan, bahkan buku anak pun dikurasi agar sesuai dengan palet warna yang lembut dan menenangkan. Mainan plastik berwarna cerah diganti atau bahkan dicat ulang agar tidak "merusak" tampilan ruangan yang serba kalem.


Gaya ini mencerminkan preferensi terhadap minimalisme dan keseragaman. Banyak konten di platform seperti Instagram dan TikTok memperlihatkan sudut-sudut rumah bergaya alami, dengan mainan kayu, tekstur kain lembut, dan pencahayaan yang hangat. Nuansa ini dipercaya bisa menciptakan lingkungan yang lebih tenang bagi anak-anak dan orang tua.


Kapan Tren Ini Mulai Populer?


Tren ini mulai mencuat di awal tahun 2023 dan dengan cepat menyebar di kalangan komunitas digital parenting. Salah satu contoh viral datang dari unggahan seorang kreator yang mengecat ulang mainan anak berupa pohon warna-warni menjadi versi yang lebih netral agar "selaras dengan atmosfer rumah."


Tren ini semakin ramai dibahas menjelang musim liburan, ketika ornamen-ornamen penuh warna mulai membanjiri lini masa. Banyak orang tua yang mulai mempertanyakan apakah warna-warna terang bisa menyebabkan overstimulasi pada anak. Sebagai alternatif, mereka mulai memilih dekorasi bernuansa pastel dan pencahayaan lembut, yang kemudian diunggah sebagai inspirasi desain ke berbagai grup parenting.


Apakah Lingkungan Beige Baik untuk Anak?


Menurut para ahli perkembangan anak, lingkungan tempat tinggal sebetulnya tidak memiliki dampak langsung yang signifikan terhadap tumbuh kembang, asalkan anak mendapatkan cukup perhatian dan interaksi dari orang tuanya.


Dr. Roberta Golinkoff, seorang psikolog perkembangan dari Universitas Delaware, menekankan bahwa orang tua bebas mendekorasi rumah sesuai selera masing-masing. "Yang paling penting bukan warna rumah, tapi hubungan yang dibangun dengan anak," ujarnya.


Penelitian juga menunjukkan bahwa bayi dan anak sangat kecil lebih tertarik pada pola kontras tinggi, seperti hitam dan putih daripada warna-warna itu sendiri. Jadi, penggunaan warna netral seperti beige tidak merugikan, tetapi juga tidak membawa manfaat perkembangan yang signifikan.


Lingkungan yang kaya akan variasi tekstur, bentuk, dan peluang untuk eksplorasi jauh lebih penting daripada sekadar estetika visual. Anak-anak belajar lebih banyak dari pengalaman sensorik dan interaksi aktif dibandingkan dari palet warna mainan mereka.


Dr. Jennifer Poonn, seorang spesialis perkembangan perilaku anak, menyatakan bahwa hal terpenting dalam tumbuh kembang anak adalah kualitas hubungan yang terjalin setiap hari. "Pertumbuhan emosional dan kognitif anak sangat bergantung pada komunikasi yang responsif dan kehadiran penuh dari orang tuanya," jelasnya.


Respon Publik: Antara Estetika dan Kritik


Seperti kebanyakan tren di media sosial, gaya "ibu beige" menuai berbagai reaksi. Banyak yang mengapresiasi keindahan visual dan kesan tenang yang dihadirkannya. Namun, tak sedikit pula yang menilai tren ini terlalu dipaksakan dan lebih ditujukan untuk estetika media sosial daripada kenyamanan anak.


Beberapa kritikus menyoroti keputusan orang tua yang mengecat ulang mainan atau menyembunyikan buku-buku berwarna cerah hanya demi estetika. Mereka mempertanyakan apakah tindakan tersebut benar-benar dilakukan demi anak, atau sekadar untuk mendapatkan likes dan validasi digital.


Di sisi lain, muncul juga kekhawatiran akan adanya tekanan sosial dalam komunitas parenting digital. Beberapa orang tua merasa terbebani oleh ekspektasi untuk memiliki rumah dan gaya hidup yang "sempurna" secara visual. Padahal, setiap keluarga memiliki dinamika dan kebutuhan yang berbeda-beda.


Para ahli mengingatkan bahwa membandingkan cara mengasuh hanya berdasarkan tampilan rumah di media sosial bisa menimbulkan rasa tidak aman atau rasa bersalah yang tidak perlu. Yang terpenting adalah kenyamanan, keamanan, dan hubungan emosional yang hangat antara anak dan orang tua.


Kesimpulan: Lebih Penting Kehangatan daripada Warna


Tren ibu beige memang menarik secara visual dan bisa menjadi inspirasi bagi orang tua yang menyukai tampilan rumah yang rapi dan tenang. Namun, dari sisi perkembangan anak, tidak ada keharusan untuk mengikuti gaya ini. Lingkungan yang paling baik untuk anak bukanlah yang paling seragam atau estetik, melainkan yang penuh kasih sayang, perhatian, dan kesempatan untuk tumbuh serta mengeksplorasi dunia.


Bagi para Lykkers yang penasaran dengan tren ini, tidak ada salahnya mencoba menerapkannya sebagai elemen dekorasi. Namun, penting untuk diingat bahwa warna ruangan bukanlah penentu utama perkembangan anak. Yang paling berdampak adalah pelukan hangat, tawa bersama, dan waktu berkualitas yang diberikan setiap hari.