Goiter atau gondok adalah kondisi medis yang kerap menimbulkan kekhawatiran karena tampilan fisik berupa pembesaran di leher yang cukup mencolok.
Namun, tidak semua goiter bersifat berbahaya. Para ahli kesehatan menekankan pentingnya pemahaman terhadap penyebab, risiko, dan pilihan pengobatan untuk mencegah komplikasi yang lebih serius.
Apa Itu Goiter? Lebih dari Sekadar Bengkak di Leher
Goiter merupakan pembesaran abnormal pada kelenjar tiroid yang terletak di bawah jakun. Pembesaran ini bisa bersifat merata atau berbentuk nodular, dengan nodul yang berisi cairan (kista) maupun jaringan padat. Menurut Dr. Gürkan Yetkin, seorang ahli bedah tiroid berpengalaman, goiter tidak hanya menimbulkan benjolan di leher, tapi juga dapat memicu kesulitan menelan, gangguan pernapasan, hingga batuk yang menetap akibat tekanan pada struktur di sekitar leher.
Apa Penyebabnya? Iodium Rendah Hingga Faktor Genetik
Secara global, kekurangan iodium menjadi penyebab utama goiter karena iodium berperan penting dalam pembentukan hormon tiroid. Namun, di wilayah yang kadar iodiumnya cukup, penyebab goiter sering kali terkait dengan kondisi autoimun seperti Hashimoto dan penyakit Graves.
Selain itu, faktor genetik, kista tiroid, paparan radiasi saat usia anak-anak, serta perubahan hormonal selama kehamilan juga bisa menjadi pemicu. Wanita diketahui memiliki risiko empat kali lebih tinggi dibanding pria. Usia dan riwayat keluarga turut memengaruhi kemungkinan seseorang terkena kondisi ini.
Kapan Harus Operasi? Ini Kata Dokternya
Tidak semua kasus goiter harus berujung pada meja operasi. Prof. Dr. Gürkan Yetkin menyebutkan bahwa keputusan untuk melakukan tindakan bedah sangat tergantung pada gejala yang dirasakan, ukuran benjolan, kecepatan pertumbuhan, dan dugaan adanya keganasan. Beberapa alasan yang menjadi indikasi operasi meliputi:
- Ditemukannya kanker atau nodul yang dicurigai ganas berdasarkan hasil biopsi
- Adanya tekanan pada saluran pernapasan atau pencernaan yang menyebabkan sesak napas atau susah menelan
- Pengobatan medis tidak berhasil mengontrol fungsi tiroid
- Masalah estetika yang mengganggu kualitas hidup
- Terdapat adenoma toksik yang memproduksi hormon tiroid berlebihan
Risiko Operasi dan Inovasi untuk Keamanan Pasien
Salah satu kekhawatiran utama pasien adalah risiko komplikasi setelah operasi, seperti perubahan suara atau gangguan kadar kalsium. Namun, Dr. Yetkin menegaskan bahwa teknologi modern telah menekan risiko ini. “Cedera pada saraf laring yang dapat menyebabkan suara serak kini dapat diminimalkan dengan pemantauan saraf intraoperatif. Risiko komplikasi seperti ini sekarang berada di bawah 1%,” jelasnya. Suara serak yang muncul biasanya bersifat sementara dan akan membaik dalam beberapa bulan.
Tidak Harus Operasi? Ini Alternatif Pengobatannya
Untuk goiter yang disebabkan oleh hipotiroidisme, terapi hormon dengan levothyroxine sering kali efektif mengecilkan ukuran kelenjar. Sedangkan pada kondisi hipertiroidisme, obat antitiroid atau terapi iodium radioaktif bisa menjadi pilihan. Terapi iodium radioaktif bekerja dengan menghancurkan sel tiroid yang terlalu aktif, namun sering kali memerlukan terapi hormon tiroid seumur hidup setelahnya.
Pentingnya Deteksi Dini dan Pemantauan Rutin
Pemeriksaan fisik rutin dan penggunaan alat pencitraan seperti USG dan CT scan sangat penting untuk mendeteksi goiter sejak dini. CT scan khususnya sangat berguna untuk menilai goiter multinodular besar yang menekan saluran pernapasan. Dr. Ramesh Parimi, seorang ahli bedah onkologi, menyampaikan bahwa pencitraan ini membantu merencanakan tindakan medis atau bedah yang tepat demi menghindari komplikasi pernapasan.
Manajemen goiter membutuhkan pendekatan yang cermat dan individual. Kemajuan dalam teknologi diagnostik dan teknik bedah modern telah meningkatkan keamanan serta efektivitas penanganannya. Di sisi lain, pengobatan medis tetap menjadi pilihan untuk kasus tertentu.