Malnutrisi pada lansia kini menjadi masalah kesehatan global yang sangat mengkhawatirkan. Data terbaru mengungkapkan jumlah lansia yang kekurangan gizi terus meroket. Pada tahun 2021, lebih dari 97 juta orang lanjut usia di seluruh dunia dilaporkan mengalami malnutrisi, jumlah ini dua kali lipat dibandingkan kasus yang tercatat pada tahun 1990.


Angka ini menjadi perhatian serius, terutama karena populasi lansia diprediksi akan melonjak mencapai 2,1 miliar pada tahun 2050. Meski ada penurunan prevalensi malnutrisi secara persentase, beban absolutnya tetap meningkat, terutama di wilayah dengan indeks sosio-demografis (SDI) tinggi.


Penyebab Multifaktorial: Lebih dari Sekadar Asupan Makanan


Malnutrisi pada lansia jarang disebabkan oleh satu faktor tunggal. Perubahan fisiologis seperti menurunnya indera penciuman dan perasa, efisiensi pencernaan yang berkurang, serta perubahan metabolisme memainkan peranan penting. Selain itu, penyakit kronis seperti penyakit jantung, diabetes, dan kanker turut mempersulit penyerapan nutrisi sekaligus meningkatkan kebutuhan metabolik tubuh.


Faktor sosial juga sangat berpengaruh. Isolasi sosial, keterbatasan ekonomi, dan sulitnya akses ke makanan bergizi membuat lansia semakin rentan terhadap malnutrisi. Urbanisasi dan gaya hidup yang lebih banyak duduk juga menimbulkan kondisi paradoks, di mana obesitas bisa terjadi bersamaan dengan defisiensi mikronutrien, fenomena yang semakin sering ditemui pada populasi lansia.


Selain itu, pandemi COVID-19 telah memperburuk risiko malnutrisi dengan mengganggu rantai pasok makanan dan akses pelayanan kesehatan, terutama di negara-negara maju yang justru mengalami peningkatan kejadian malnutrisi.


Solusi Nutrisi: Pendekatan yang Personal dan Multidisipliner


Mengatasi malnutrisi pada lansia tidak bisa dilakukan dengan cara yang sama untuk semua orang. Strategi nutrisi yang disesuaikan dengan kondisi kesehatan individu, penyakit penyerta, dan gaya hidup sangat diperlukan. Suplemen protein dan energi tetap menjadi dasar penting, karena asupan protein yang cukup sangat krusial untuk melawan sarcopenia (penurunan massa otot) serta mendukung fungsi sistem imun.


Rekomendasi terbaru menyarankan lansia yang berisiko untuk mengonsumsi protein lebih banyak, sekitar 1,2 hingga 1,5 gram per kilogram berat badan setiap hari. Selain itu, pemenuhan mikronutrien seperti vitamin D, B12, kalsium, dan zat besi juga tak kalah penting, mengingat perannya dalam menjaga kesehatan tulang, fungsi kognitif, dan mencegah anemia.


Penggunaan makanan yang diperkaya nutrisi dan suplemen dengan bioavailabilitas tinggi semakin populer di klinik maupun lingkungan komunitas.


Inovasi dan Perspektif Para Ahli


Teknologi baru seperti tele-nutrisi dan pemantauan digital memungkinkan evaluasi terus menerus serta penyesuaian diet yang lebih personal, terutama bagi lansia yang mobilitasnya terbatas. Kolaborasi lintas disiplin antara ahli gizi, dokter geriatrik, dan pekerja sosial memastikan penanganan yang menyeluruh.


Dr. Connie W. Bales, seorang ahli terkemuka di bidang nutrisi geriatrik, menegaskan, “Mengatasi malnutrisi pada lansia memerlukan pendekatan holistik yang mengintegrasikan aspek medis, nutrisi, dan sosial. Identifikasi dini serta intervensi yang dipersonalisasi dapat secara dramatis meningkatkan hasil kesehatan dan kualitas hidup.”


Implikasi Kebijakan dan Kesehatan Masyarakat


Mengingat proyeksi peningkatan jumlah kasus malnutrisi, terutama di wilayah dengan SDI tinggi, kebijakan kesehatan masyarakat harus memprioritaskan skrining gizi dalam protokol perawatan lansia. Kampanye edukasi untuk meningkatkan kesadaran para pengasuh dan tenaga medis juga sangat penting.


Di samping itu, program ketahanan pangan yang menargetkan kelompok lansia dapat mengurangi hambatan ekonomi dan sosial yang menghalangi akses mereka pada makanan bergizi. Pendekatan multidisipliner yang melibatkan sektor kesehatan, pertanian, pendidikan, dan layanan sosial sangat diperlukan untuk menangani akar permasalahan malnutrisi secara efektif.


Malnutrisi pada lansia adalah tantangan kompleks yang diperparah oleh faktor fisiologis, sosial, dan lingkungan. Kemajuan ilmu gizi dan layanan kesehatan menghadirkan solusi yang menjanjikan, namun keberhasilan penanganannya sangat bergantung pada strategi personal, kolaborasi lintas disiplin, serta kebijakan publik yang kuat.


simak video "memahami Malnutrisi Pada Lansia"

video by "Kasih Ibu Hospital"