Sarcoidosis mungkin terdengar asing bagi banyak orang, tetapi penyakit ini bisa berdampak besar pada kesehatan, terutama jika menyerang paru-paru.
Penyakit inflamasi ini melibatkan berbagai organ tubuh, namun paru-paru menjadi sasaran utama dalam hampir 90% kasus. Karena gejalanya sering samar, banyak penderita tidak menyadari bahwa paru-parunya sedang mengalami peradangan serius.
Apa Itu Sarcoidosis Paru dan Bagaimana Terjadi?
Pada dasarnya, sarcoidosis ditandai dengan terbentuknya granuloma, yaitu kumpulan sel imun yang berkumpul di satu titik sebagai respons terhadap pemicu yang belum diketahui secara pasti. Di paru-paru, granuloma ini bisa merusak struktur jaringan normal, menimbulkan peradangan, fibrosis, serta mengganggu pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa faktor genetik dan lingkungan, seperti paparan zat tertentu di tempat kerja atau mikroorganisme tertentu, berperan dalam memicu respons imun yang tidak terkendali ini. Menurut Dr. David Moller, seorang ahli pulmonologi, "Sarcoidosis paru merupakan gambaran dari respons imun yang tidak seimbang. Granuloma bisa bersifat protektif namun juga merusak, tergantung bagaimana tubuh mengaturnya."
Gejala yang Tidak Boleh Diabaikan
Gejala sarcoidosis paru sangat bervariasi. Beberapa orang tidak menunjukkan gejala sama sekali dan hanya diketahui melalui rontgen dada rutin. Namun pada kasus lain, gejalanya bisa cukup mengganggu, seperti:
- Batuk kering yang terus-menerus
- Sesak napas saat beraktivitas
- Nyeri dada
- Kelelahan ekstrem
Saat diperiksa, suara napas bisa terdengar "crackles" atau mengi, walaupun kadang temuan fisik tidak terlalu mencolok. Pemeriksaan radiologi seperti rontgen dada dan CT scan resolusi tinggi (HRCT) biasanya menunjukkan pembesaran kelenjar getah bening di daerah hilus paru, infiltrat pada jaringan paru, hingga fibrosis pada stadium lanjut.
Sistem Scadding digunakan untuk mengelompokkan tingkat keparahan berdasarkan pola radiologis. Ini membantu dokter dalam memperkirakan prognosis dan menyusun strategi pengobatan.
Mengapa Diagnosisnya Tidak Mudah?
Diagnosis sarcoidosis paru bukanlah perkara sederhana. Diperlukan kombinasi bukti klinis, radiologis, dan biopsi jaringan untuk memastikan adanya granuloma non-kaseosa serta menyingkirkan penyebab lain seperti infeksi jamur atau bakteri tertentu.
Teknologi medis terkini seperti PET scan dengan FDG (fluorodeoxyglucose) sangat membantu dalam mengidentifikasi area peradangan aktif, memudahkan penentuan lokasi biopsi yang tepat, dan mengevaluasi respons terhadap pengobatan.
Biomarker seperti soluble interleukin-2 receptor (sIL-2R) dan chitotriosidase juga mulai dikembangkan sebagai indikator aktivitas penyakit, walaupun masih dalam tahap evaluasi lebih lanjut untuk penggunaan rutin.
Strategi Pengobatan yang Terus Berkembang
Tidak semua penderita sarcoidosis paru membutuhkan pengobatan aktif. Sekitar setengah dari kasus akan membaik secara spontan. Namun pada pasien dengan gejala berat atau kerusakan paru yang progresif, intervensi medis sangat dibutuhkan.
Kortikosteroid adalah pilihan utama dan terbukti efektif dalam menekan peradangan granulomatosa. Akan tetapi, karena efek sampingnya dalam jangka panjang, dokter seringkali memilih terapi tambahan seperti methotrexate, azathioprine, atau mycophenolate mofetil untuk mengurangi ketergantungan terhadap steroid.
Dalam beberapa kasus yang sulit diatasi, terapi biologis seperti infliximab, yang menargetkan TNF-α, mulai digunakan dan menunjukkan hasil positif dalam penelitian klinis.
Bagaimana Perjalanan Penyakit Ini ke Depannya?
Perjalanan penyakit ini sangat bervariasi. Banyak pasien membaik dalam beberapa tahun tanpa komplikasi serius. Namun, sekitar 10–20% kasus berkembang menjadi fibrosis paru kronis, yang bisa berujung pada gagal napas jika tidak tertangani dengan baik.
Komplikasi serius lain termasuk hipertensi paru dan cor pulmonale, yang berhubungan dengan peningkatan angka kematian. Oleh karena itu, pemantauan rutin melalui tes fungsi paru dan pencitraan medis sangat penting untuk mendeteksi perkembangan penyakit sejak dini.
Pendekatan terbaik adalah melalui kerja sama tim medis multidisipliner, melibatkan spesialis paru, radiolog, hingga ahli reumatologi, untuk memastikan pengelolaan pasien yang menyeluruh dan efektif.
Sarcoidosis paru memang penuh teka-teki. Gejalanya sering kali samar, tetapi dampaknya bisa luar biasa. Dengan kemajuan teknologi diagnostik, biomarker, dan terapi modern, kini pengobatan bisa lebih disesuaikan dengan kebutuhan individu. Namun, riset tetap diperlukan untuk membuka lebih banyak misteri penyakit ini dan menyusun strategi pengobatan yang lebih personal dan efektif.