Pernahkah terpikir dari mana sebenarnya asal buah atau sayur yang Anda beli di supermarket?
Bukan cuma soal negara atau daerah, tapi benar-benar jejak lengkapnya dari ladang siapa, kapan dipanen, sampai berapa suhu penyimpanan selama pengiriman?
Ternyata, sekarang hal itu bukan lagi mimpi! Dunia sedang menuju perubahan besar dalam rantai pasok makanan berkat satu teknologi bernama blockchain. Dan percaya atau tidak, ini bisa mengubah cara Anda belanja dan makan untuk selamanya!
Apa Itu Blockchain di Dunia Pangan?
Blockchain bukan tentang koin digital atau mata uang virtual. Dalam industri makanan, blockchain adalah semacam buku catatan digital transparan yang mencatat setiap langkah perjalanan produk makanan, dari kebun hingga sampai di piring Anda.
Setiap tahapan penting dicatat dan tidak bisa diubah atau dihapus. Misalnya: buah mangga dipetik di Thailand, dimasukkan ke dalam peti dan dikirim ke pelabuhan, kemudian diolah, dikemas, dan didistribusikan ke toko. Semua data ini langsung tercatat dan bisa dilihat oleh siapa pun, termasuk konsumen.
Hanya dengan memindai kode QR di kemasan, Anda bisa tahu semua informasi itu secara instan. Canggih, kan?
Coba Sendiri? Hasilnya Mengejutkan!
Beberapa waktu lalu, dicoba memindai kode QR di kemasan tomat ceri yang dibeli di supermarket. Awalnya hanya iseng. Tapi yang muncul sungguh mengejutkan:
- Nama petani dan lokasi kebun di Malaysia
- Tanggal panen
- Durasi penyimpanan dan pengiriman
- Suhu ruangan selama proses distribusi
Informasi yang begitu lengkap langsung membuat lebih yakin dan merasa terkoneksi dengan makanan yang akan dikonsumsi. Bahkan muncul rasa tenang karena tahu tidak sedang memakan sesuatu yang “misterius”.
Kenapa Ini Penting Sekali di Masa Sekarang?
Kasus makanan rusak, salah label, atau bahan tidak jelas bisa terjadi kapan saja. Tanpa sistem pelacakan yang transparan, sulit menemukan sumber masalah jika terjadi sesuatu pada produk.
Dengan blockchain, semua jejak bisa ditelusuri dalam hitungan detik. Jika terjadi masalah, misalnya pencemaran bahan makanan, maka pihak terkait bisa segera menarik produk dari pasar sebelum menimbulkan kerugian lebih besar.
Teknologi ini bukan hanya soal tahu asal usul selada atau stroberi. Ini tentang membangun rasa percaya antara produsen dan konsumen.
Apakah Sudah Sempurna? Belum Sepenuhnya…
Saat ini, baru sebagian merek besar dan petani skala besar yang memakai sistem blockchain. Petani kecil mungkin belum punya teknologi atau sumber daya untuk menerapkannya.
Selain itu, akurasi data masih bergantung pada orang yang memasukkan informasi. Jadi, walaupun sistem ini kuat, tetap dibutuhkan kejujuran dan konsistensi dari semua pihak yang terlibat.
Namun, sebagai langkah awal, ini adalah perubahan besar yang menjanjikan masa depan lebih transparan dan aman.
Blockchain mungkin belum bisa menyelesaikan semua masalah pangan dalam semalam. Tapi dengan makin banyaknya produsen dan brand yang mulai mengadopsi teknologi ini, ke depan akan semakin banyak produk yang bisa ditelusuri dengan mudah.
Jika sistem ini diterapkan secara luas, bukan tidak mungkin kita bisa menyaksikan revolusi dalam kepercayaan konsumen terhadap makanan.