Bagi banyak penyelam, laut bukan sekadar tempat petualangan, ia menyimpan keindahan, ketenangan, dan juga misteri. Namun di balik pesonanya, terdapat ancaman yang sering kali diabaikan: barotrauma pada telinga.


Cedera akibat perbedaan tekanan ini bukan hanya menyebabkan rasa tidak nyaman sementara, tetapi juga bisa berujung pada kerusakan permanen jika tidak ditangani dengan tepat.


Artikel ini akan mengulas secara mendalam mengenai anatomi, mekanisme cedera, hingga perkembangan terbaru dalam pencegahan dan pengobatan barotrauma telinga pada penyelam, berdasarkan wawasan para ahli dan temuan ilmiah terkini.


Memahami Barotrauma: Saat Tekanan Menjadi Musuh Tubuh


Barotrauma terjadi ketika ada perbedaan tekanan antara ruang berisi udara di dalam tubuh dan lingkungan sekitarnya. Pada penyelam, bagian tubuh yang paling rentan adalah telinga tengah. Ketika turun ke kedalaman, tekanan air meningkat dengan cepat. Jika tekanan ini tidak segera disamakan melalui saluran Eustachius, maka ruang di balik gendang telinga akan mengalami tekanan negatif.


Tekanan yang tidak seimbang ini dapat menarik gendang telinga ke dalam, menyebabkan pembengkakan, perdarahan, hingga robeknya membran. Jenis cedera ini dikenal sebagai middle ear barotrauma (MEB), dan merupakan kondisi paling umum yang dialami penyelam, terutama pemula. Berdasarkan tinjauan ilmiah tahun 2023 di Undersea and Hyperbaric Medicine Journal, sekitar 40% penyelam pemula mengalami gejala cedera telinga pada penyelaman awal mereka.


Proses Cedera: Dari Rasa Nyeri hingga Robekan


Efek pertama dari tekanan yang tidak seimbang biasanya berupa rasa nyeri atau ketidaknyamanan. Namun, dampak yang lebih serius bisa terjadi pada penyelaman lebih dalam atau saat paparan diulang berkali-kali. Ketika selisih tekanan melebihi 5 psi, pembuluh kapiler kecil di telinga tengah dapat pecah dan menyebabkan kondisi yang disebut hemotympanum (perdarahan di balik gendang telinga). Jika tekanan tetap tidak tersamakan, gendang telinga bisa robek, memungkinkan air masuk ke telinga tengah dan mengganggu pendengaran serta keseimbangan.


Menurut Dr. Elise Tanaka, seorang otolaringolog yang berfokus pada kedokteran selam, “Gendang telinga tidak sekuat yang banyak orang kira. Bahkan penyelaman dangkal dengan teknik penyamaan tekanan yang keliru bisa cukup kuat untuk merobek membran atau merusak rantai tulang kecil di telinga tengah.”


Cedera Telinga Dalam: Gejala yang Tak Boleh Diabaikan


Walaupun lebih jarang, inner ear barotrauma (IEB) adalah kondisi yang jauh lebih serius. Biasanya disebabkan oleh manuver tekanan yang terlalu kuat saat menyelam, seperti Valsalva, yang dapat merusak struktur halus dalam koklea dan sistem vestibular. Gejalanya meliputi kehilangan pendengaran mendadak, bunyi berdengung di telinga (tinnitus), vertigo, atau rasa tidak seimbang, semua itu bisa muncul tanpa rasa sakit.


Berbeda dengan MEB, cedera telinga dalam memerlukan penanganan segera. Evaluasi sebaiknya dilakukan dengan audiometri dan MRI resolusi tinggi untuk menyingkirkan penyebab neurologis lainnya. Jika terdapat kebocoran cairan perilymph, tindakan operasi mungkin dibutuhkan, meskipun untuk kasus ringan, pengobatan konservatif dengan steroid dan istirahat tetap menjadi pilihan utama.


Diagnosis: Tak Semua Kerusakan Bisa Dilihat


Pemeriksaan fisik menggunakan otoskop adalah langkah awal yang penting, meski kadang gejala awal sulit dikenali. Dokter perlu mencari tanda-tanda seperti retraksi gendang telinga, cairan di balik membran, atau memar. Pada kasus yang lebih lanjut, pemeriksaan tympanometri dan audiometri bisa mengidentifikasi gangguan pendengaran akibat cairan atau robekan.


Untuk dugaan cedera telinga dalam, tes seperti videonystagmography (VNG) dan evaluasi vestibular sangat membantu. Algoritma diagnostik modern juga mempertimbangkan laporan gejala dari penyelam sendiri, karena banyak yang menyepelekan gejala ringan seperti pendengaran terasa tertutup atau suara "pop" di telinga.


Pencegahan: Keterampilan dan Peralatan Sangat Berperan


Pencegahan barotrauma bukan masalah keberuntungan, melainkan soal pengetahuan dan kebiasaan yang benar. Teknik penyamaan tekanan seperti manuver Frenzel atau metode Toynbee terbukti lebih aman dan efektif dibandingkan Valsalva. Sangat penting untuk tidak menyelam saat sedang flu atau mengalami hidung tersumbat, karena pembengkakan sinus bisa menghalangi saluran Eustachius.


Menggunakan penutup telinga berlubang (vented ear plugs) serta menurunkan ke kedalaman secara perlahan sangat disarankan, terutama bagi penyelam pemula. Pelatihan dasar seharusnya menekankan pentingnya keselamatan telinga, bukan sekadar teori. Inovasi seperti masker penyelam dengan komunikasi bawah air dan komputer selam pintar kini sedang dikembangkan untuk memberikan umpan balik tekanan secara real-time, membantu penyelam memantau kondisi tubuh mereka.


Pengobatan dan Pemulihan: Waktu dan Ketepatan Sangat Menentukan


Sebagian besar kasus MEB akan sembuh sendiri dalam waktu 7–10 hari jika tidak terjadi infeksi atau paparan ulang. Biasanya dokter akan merekomendasikan dekongestan, semprotan kortikosteroid hidung, dan larangan menyelam hingga pulih sepenuhnya. Bila air sudah masuk ke telinga tengah akibat robekan, tetes antibiotik mungkin diperlukan.


Pada kasus robekan yang menetap atau gangguan tulang pendengaran, tindakan operasi seperti timpanoplasti atau ossikuloplasti bisa menjadi solusi. Untuk cedera telinga dalam, penanganan cepat dalam 72 jam pertama sangat krusial agar pendengaran tidak hilang permanen. Terapi steroid dan rehabilitasi vestibular bisa membantu, namun harus diawasi oleh tenaga medis spesialis.


Cedera barotrauma mungkin tidak terlihat dari luar, tetapi dampaknya bisa terasa dalam jangka panjang. Dengan pemahaman yang lebih baik, diagnosis yang tepat, dan kebiasaan pencegahan yang baik, risiko telinga rusak akibat penyelaman bisa diminimalkan. Dunia bawah laut memang menakjubkan, tetapi petualangan sejati adalah ketika Anda bisa menikmatinya tanpa mengorbankan pendengaran dan keseimbangan Anda.


simak video "mengenal Barotrauma "

video by "Saddam Ismail"