Percaya atau tidak, dalam dunia bola basket profesional, khususnya NBA ada satu "jurus" yang sering jadi pembeda antara menang dan kalah: flopping.
Buat yang belum tahu, flopping adalah aksi pura-pura jatuh karena kontak fisik agar wasit meniup peluit dan memberi pelanggaran pada lawan.
Sekilas mungkin terlihat sepele, bahkan menyebalkan. Tapi di balik itu, flopping ternyata bukan sekadar aksi spontan. Ada strategi. Ada latihan. Bahkan ada teknik khusus yang dipelajari layaknya skill passing atau shooting. Tidak percaya? Ternyata benar-benar dilatih, dan hasilnya? Bisa bikin pertandingan berbalik arah dalam sekejap!
Latihan Khusus Buat “Jatuh yang Meyakinkan”?!
Sulit dipercaya, namun faktanya para pemain profesional memang melatih flopping di sesi latihan mereka. Bukan cuma asal terjatuh, tapi dipelajari bagaimana timing yang pas, ekspresi wajah, sampai arah jatuh yang terlihat alami, tanpa risiko cedera.
Di beberapa sesi latihan tertutup, pelatih bahkan menayangkan ulang momen-momen flopping dari pertandingan sebelumnya. Pemain diajak menganalisis ekspresi, kontak, dan momen ketika wasit meniup peluit. Semua itu dipelajari demi satu tujuan: mendapat keuntungan dalam pertandingan.
Timing Adalah Segalanya
Dalam flopping, satu detik bisa jadi penentu. Terlalu cepat jatuh? Kelihatan palsu. Terlalu lambat? Wasit sudah berpaling. Maka, para pemain NBA terus melatih kemampuan membaca situasi: kapan tubuh harus bereaksi, bagaimana menyentuhkan bahu atau tangan, lalu menjatuhkan diri seolah kena dorongan besar.
Gerakan jatuhnya pun gak boleh sembarangan. Harus terlihat dramatis, namun tetap aman bagi tubuh. Bahkan ada teknik khusus cara jatuh agar terlihat menyakitkan tapi sebenarnya tidak terlalu berisiko.
Flopping Bisa Mengubah Jalannya Pertandingan
Mengapa flopping terus digunakan meskipun sering dikritik? Jawabannya sederhana: karena efektif.
Satu pelanggaran yang berhasil didapat lewat flopping bisa menghasilkan satu lemparan bebas. Bisa juga menyebabkan pemain lawan terkena foul trouble dan harus duduk di bangku cadangan. Atau sekadar mengganggu ritme lawan dan membuat mereka frustrasi. Dampaknya sangat terasa, terutama di pertandingan-pertandingan ketat.
Pemain “Ahli Flop” Sudah Banyak yang Terkenal
Kalau pernah nonton pertandingan NBA, pasti pernah melihat aksi seorang pemain yang jatuh terlalu dramatis setelah kontak ringan. Mungkin langsung terlintas satu atau dua nama yang sering melakukannya dan memang, beberapa pemain bahkan mendapat reputasi khusus karena keahlian mereka dalam “menjual” pelanggaran.
Banyak yang mengecam, tapi tidak sedikit juga yang menganggapnya bagian dari strategi. Bahkan komentator sering menyebutnya sebagai “basket cerdas” ketika tim sendiri melakukannya.
Suka atau Tidak, Flopping Sudah Jadi Bagian dari NBA
Fenomena ini memang memancing pro dan kontra. Di satu sisi, flopping membuat pertandingan terlihat kurang sportif. Tapi di sisi lain, pemain hanya memanfaatkan aturan yang ada demi menang. Sama seperti strategi defense atau manuver ofensif lainnya, flopping adalah cara yang sah, selama belum dianggap pelanggaran palsu oleh wasit.
NBA sendiri sebenarnya sudah mencoba mengurangi praktik flopping dengan memberikan peringatan dan denda bagi yang terlalu sering melakukannya. Tapi tetap saja, praktik ini sulit dihapus sepenuhnya.
Pertanyaannya sekarang: apakah flopping harus diberantas, atau justru dianggap bagian dari evolusi strategi di NBA?
Kalau sedang menonton pertandingan dan pemain dari tim favorit berhasil “memancing” pelanggaran lewat flopping, mungkin reaksinya akan berbeda dibanding saat lawan yang melakukannya. Itulah uniknya dunia olahraga, semua tergantung dari sudut pandang.
Jadi, bagaimana menurut Anda? Apakah flopping merusak permainan atau justru menunjukkan kecerdasan dalam membaca situasi? Dan menurut Anda, siapa pemain NBA yang paling jago dalam aksi “jatuh artistik” ini? Tulis pendapat Anda di kolom komentar… dan kalau nanti lihat ada pemain jatuh tiba-tiba seperti ditabrak truk, ingatlah satu hal: kemungkinan besar, itu sudah dilatih!