Sindrom Sweet, yang dalam dunia medis dikenal sebagai acute febrile neutrophilic dermatosis, merupakan gangguan peradangan langka yang ditandai dengan munculnya lesi kulit yang nyeri dan kemerahan secara tiba-tiba, disertai gejala sistemik seperti demam.
Sejak pertama kali dijelaskan oleh Dr. Robert Douglas Sweet pada tahun 1964, pemahaman terhadap mekanisme imunologis yang mendasari kondisi ini dan kaitannya dengan berbagai faktor klinis telah berkembang secara signifikan.
Gejala Klinis dan Tantangan Diagnostik
Penderita Sindrom Sweet biasanya mengalami kemunculan tiba-tiba bercak atau benjolan merah keunguan yang terasa nyeri saat disentuh. Lesi ini sering muncul di wajah, leher, dan lengan atas, dan dalam beberapa kasus dapat menyatu membentuk area yang lebih luas. Tak hanya di kulit, gejala sistemik seperti demam, lemas, dan nyeri sendi juga sering menyertainya.
Karena gejalanya bisa mirip dengan kondisi lain, diagnosisnya sering terlambat. Dr. Jane E. Carson, seorang ahli dermatologi yang fokus pada dermatosis neutrofilik, menekankan pentingnya menggabungkan temuan klinis, hasil laboratorium, dan pemeriksaan jaringan kulit untuk memastikan diagnosis yang tepat.
Mekanisme Penyakit: Ketidakseimbangan Imun di Balik Gejala
Penyebab utama Sindrom Sweet adalah reaksi berlebihan dari sistem imun, khususnya keterlibatan sel-sel neutrofil yang merupakan bagian dari sistem pertahanan tubuh. Dalam kondisi ini, neutrofil berpindah ke jaringan kulit secara tidak terkendali dan memicu peradangan.
Penelitian terbaru yang dimuat dalam The Journal of Clinical Immunology tahun 2023 menyoroti peran predisposisi genetik yang berinteraksi dengan pemicu lingkungan seperti infeksi, kanker, dan konsumsi obat-obatan tertentu. Inilah yang menjelaskan mengapa Sindrom Sweet memiliki beragam manifestasi klinis.
Klasifikasi: Tiga Jenis dengan Implikasi yang Berbeda
Sindrom ini terbagi dalam tiga kategori utama berdasarkan penyebabnya:
- Klasik (Idiopatik): Umumnya tidak diketahui penyebab pastinya, sering terjadi setelah infeksi ringan, dan lebih sering dialami oleh perempuan paruh baya.
- Berkaitan dengan Keganasan: Terkait erat dengan kanker darah seperti leukemia mieloid akut. Kasus ini kerap merupakan bagian dari sindrom paraneoplastik dan membutuhkan perhatian khusus.
- Induksi Obat: Dipicu oleh konsumsi obat-obatan tertentu seperti G-CSF atau beberapa jenis antibiotik.
Pemeriksaan Penunjang dan Biomarker Terkini
Pemeriksaan laboratorium biasanya menunjukkan peningkatan jumlah sel darah putih (leukositosis) dengan dominasi neutrofil serta peningkatan penanda inflamasi seperti ESR dan CRP. Biopsi kulit tetap menjadi standar utama untuk memastikan diagnosis. Dalam beberapa studi eksperimental, profil sitokin dalam serum mulai digunakan untuk membedakan Sindrom Sweet dari kondisi lain yang serupa, meski metode ini belum menjadi standar klinis.
Evaluasi tambahan seperti pencitraan medis atau pemeriksaan organ dalam dilakukan bila ada dugaan penyakit sistemik lain yang menyertainya, terutama untuk menyingkirkan kemungkinan kanker atau infeksi tersembunyi.
Penanganan dan Prognosis
Pengobatan utama untuk Sindrom Sweet adalah penggunaan kortikosteroid sistemik, yang biasanya memberikan perbaikan cepat pada gejala. Untuk kasus yang sulit ditangani dengan steroid atau mengalami kekambuhan, terapi alternatif seperti kalium iodida, kolkisin, dan dapsone telah menunjukkan efektivitas yang baik.
Prognosis sangat tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Pada kasus klasik tanpa pemicu serius, penyakit ini dapat sembuh total tanpa bekas. Namun, bila dikaitkan dengan kanker, pengobatan memerlukan pendekatan terpadu antara ahli onkologi dan dermatolog.
Sindrom Sweet merupakan contoh nyata bagaimana gangguan kulit bisa mencerminkan gangguan sistemik yang kompleks. Deteksi dini dan evaluasi menyeluruh dapat sangat menentukan hasil akhir bagi pasien. Seiring kemajuan riset, terutama dalam bidang imunologi, diharapkan metode diagnosis dan pengobatan akan semakin akurat dan efektif.
Menurut Dr. Maria K. Lopez, seorang pakar imunodermatologi, "terobosan dalam terapi yang menargetkan sitokin secara spesifik dapat menjadi revolusi dalam penanganan Sindrom Sweet, mengurangi ketergantungan pada kortikosteroid dan meningkatkan kualitas hidup pasien secara signifikan."
simak video "Mengenal sindrom sweet"
video by " Medical Centric"