Pernahkah Anda berdiri di tepi sungai pegunungan yang jernih dan bertanya-tanya, “Dari mana semua air ini berasal dan kenapa tak pernah berhenti mengalir?” Tak peduli musim apa pun, banyak sungai besar terus mengalir tanpa henti, seolah tak pernah kehabisan pasokan air. Tapi, tahukah Anda bahwa hampir semua sungai besar di dunia bermula dari pegunungan?
Air dari pegunungan ini bukan sekadar pemandangan indah. Aliran yang tampak tak berujung ini menyuplai lahan pertanian, menyediakan air minum, hingga menghasilkan listrik. Namun di balik aliran yang tampak stabil itu, ada sistem alami yang perlahan mulai rusak dan itu sangat memprihatinkan.
Pegunungan Tinggi: Gudang Air Beku yang Menakjubkan
Banyak sungai besar lahir dari dataran tinggi yang dingin, dan ini bukan kebetulan. Saat cuaca dingin tiba di musim gugur hingga awal tahun, salju mulai menumpuk di puncak-puncak gunung. Ketika suhu mulai hangat, salju ini meleleh secara perlahan, menjadi sumber air yang terus mengalir ke bawah. Pegunungan berfungsi layaknya kulkas raksasa yang menyimpan cadangan air dalam bentuk es.
Lebih dari separuh air tawar dunia berasal dari sistem pelelehan salju dan limpasan air pegunungan. Ini adalah siklus air yang sangat teratur dan ternyata, lebih penting daripada yang sering kita sadari.
Lalu Bagaimana dengan Pegunungan Tanpa Salju?
Yang menarik, bahkan pegunungan yang tidak diselimuti salju pun tampak tak kehabisan air. Pernah melihat mata air yang jernih atau air terjun yang terus mengalir dari lereng pegunungan tanpa henti? Ini bukan keajaiban semata, tapi bukti bahwa pegunungan memiliki fungsi ganda.
Selain sebagai penyimpan es, pegunungan juga berfungsi seperti spons alami. Saat hujan turun, air tidak langsung mengalir begitu saja. Sebagian besar meresap ke dalam tanah, tertahan oleh lapisan dedaunan, vegetasi, dan bebatuan. Air tersebut mengalir perlahan ke bawah hingga mencapai lapisan batuan keras yang tidak bisa ditembus. Di sinilah air mulai muncul kembali ke permukaan sebagai mata air. Prosesnya mirip handuk basah yang meneteskan air secara perlahan lama setelah basah.
Kabut, Embun, dan Keajaiban Cuaca Pegunungan
Tak hanya itu, pegunungan juga punya kemampuan luar biasa dalam menghasilkan hujan. Ketika udara lembap naik ke lereng pegunungan, suhu udara menjadi lebih dingin. Udara dingin tidak mampu menahan banyak uap air, sehingga uap tersebut berubah menjadi kabut, awan, dan akhirnya hujan.
Karena itu, sisi pegunungan yang menghadap arah angin biasanya sangat basah dan subur, sementara sisi sebaliknya lebih kering, fenomena ini dikenal dengan istilah “bayangan hujan.” Dengan cara ini, pegunungan menjadi penangkap hujan alami yang memperkaya cadangan air tanahnya.
Mengapa Air Pegunungan Tak Pernah Habis?
Kunci dari keabadian aliran air pegunungan ada pada kecepatannya yang lambat dan proses penyimpanan alami yang stabil. Hujan tidak langsung berubah menjadi banjir, melainkan meresap dan disaring secara alami oleh lapisan tanah dan tumbuhan. Dari situlah air mengalir secara perlahan ke dalam sungai bawah tanah atau muncul sebagai mata air.
Bahkan ada sistem bawah tanah yang terbentuk selama ratusan tahun akibat tetesan air terus-menerus, membentuk saluran air alami di dalam perut bumi. Karena itulah, bahkan di musim kemarau, aliran dari pegunungan tetap tersedia.
Tapi Kini, Sistem Ini Terancam
Sayangnya, sistem air pegunungan yang begitu penting ini mulai goyah. Perubahan iklim menyebabkan berkurangnya jumlah salju yang turun di dataran tinggi. Tanpa salju, tidak ada cadangan es yang bisa mencair saat cuaca mulai hangat. Suhu di wilayah pegunungan juga meningkat lebih cepat daripada wilayah lainnya, mempercepat mencairnya salju dan mengurangi simpanan air jangka panjang.
Di sisi lain, aktivitas manusia seperti pembukaan hutan dan pembangunan di daerah pegunungan merusak fungsi spons alami. Ketika pohon ditebang dan tanah digali, kemampuan tanah menyerap air berkurang drastis. Hasilnya? Lebih banyak air yang langsung mengalir dan menyebabkan banjir, sementara di musim kemarau, kekeringan pun tak terhindarkan.
“Menara Air” Dunia Sedang Kekeringan
Bayangkan jika menara air di kota Anda bocor atau berhenti mengisi, itulah kondisi yang kini dihadapi oleh pegunungan dunia. Para ilmuwan bahkan menyebut pegunungan sebagai “menara air” alami karena perannya dalam menyimpan dan mendistribusikan air secara perlahan. Namun sayangnya, belum banyak penelitian mendalam tentang seberapa besar peran air pegunungan ini atau bagaimana cara terbaik untuk melindunginya.
Apa yang Bisa Dilakukan?
Kita mungkin tidak bisa menghentikan semua perubahan iklim, tapi kita bisa berperan aktif dalam memperlambat dampaknya. Melindungi hutan, membatasi pembangunan di wilayah sensitif, serta bijak dalam menggunakan air adalah langkah awal yang sangat penting. Mendukung reboisasi dan proyek konservasi pegunungan akan sangat membantu menjaga keseimbangan siklus air alami.
Sebagai pencinta alam, banyak orang menikmati suasana pegunungan, ketenangan mata air, dan gemuruh sungai yang mengalir di lembah. Tapi semua keindahan itu bergantung pada sistem alam yang kini mulai rapuh. Pegunungan mungkin terlihat kokoh dan abadi, namun kemampuannya dalam menyediakan air tidaklah tak terbatas.
Setiap tetes air yang mengalir dari batuan pegunungan adalah hasil kerja sistem kompleks yang patut kita jaga. Jadi, ketika Anda berada di dekat mata air berikutnya, berhentilah sejenak dan hargai siklus tak terlihat yang membuatnya tetap mengalir. Karena setiap dari kita memiliki peran dalam menjaga aliran itu tetap hidup, bukan hanya untuk sekarang, tapi juga demi generasi yang akan datang.