Pernah nggak sih, saat hari terasa penuh tekanan dan bikin kepala pening, Anda langsung kepikiran buat makan sesuatu yang manis, seperti sepotong kue, beberapa biskuit, atau sesendok es krim? Tenang, Anda nggak sendiri.


Banyak dari kita yang sudah terbiasa mengaitkan makanan manis dengan momen penghiburan atau perayaan. Tapi, pertanyaannya: apakah makanan manis benar-benar membuat kita merasa lebih baik? Atau kita cuma menipu diri sendiri?


Kenapa Sebenarnya Anda Ngidam Makanan Manis?


Ngidam gula seringkali bukan sekadar keinginan untuk makan manis saja. Tubuh dan otak Anda mungkin sebenarnya sedang memberi sinyal penting. Glukosa, gula yang berasal dari karbohidrat adalah bahan bakar utama bagi otak supaya tetap aktif. Jadi, kalau Anda sering melewatkan makan atau terlalu ketat diet, tubuh Anda mungkin berteriak, “Saya butuh energi sekarang juga!”


Bahkan ketika Anda tidak merasa lapar, tubuh kadang tetap mengirimkan sinyal ini jika Anda kekurangan vitamin atau mineral penting yang membantu mengubah makanan menjadi energi. Jadi, sebelum Anda merasa bersalah karena ingin makan cokelat, coba pikirkan dulu, sudahkah Anda makan dengan seimbang hari ini?


Gula dan Hormon: Hubungan Rumit yang Bikin Ngidam Berulang


Ini bagian sains yang simpel: saat stres, kurang tidur, atau merasa cemas, tubuh Anda memproduksi hormon seperti adrenalin dan kortisol. Hormon-hormon ini kadang meniru kondisi ketika gula darah rendah. Akibatnya? Anda jadi ingin makan yang manis-manis.


Kalau Anda menyerah dan makan, senyawa seperti dopamin dan serotonin meningkat, dua zat kimia yang membuat otak merasa senang. Dopamin bikin semangat naik, sementara serotonin memberikan rasa tenang yang tahan lama.


Tapi kebahagiaan itu nggak bertahan lama. Tubuh langsung melepaskan insulin untuk menurunkan gula darah. Kadang malah turun terlalu cepat, sehingga Anda merasa pusing, cemas, atau mudah marah. Jadi, makanan manis yang Anda makan sebagai “obat” malah bikin suasana hati naik-turun.


Kebiasaan Manis Sejak Dulu, Otak Kita Terlatih Mengasosiasikan Gula dengan Kebahagiaan


Mari jujur: banyak dari kita sudah dilatih sejak kecil untuk menganggap makanan manis sebagai hadiah. Nilai bagus berarti dapat kue, makan malam keluarga biasanya ditutup dengan pencuci mulut, dan acara spesial identik dengan kue ulang tahun.


Memang tak apa sesekali menikmati makanan manis. Tapi jika Anda sering mengandalkannya 3 sampai 4 kali seminggu atau bahkan setiap hari, itu bisa berpengaruh buruk pada kesehatan jangka panjang.


Mitos “Makanan Penghibur” yang Perlu Anda Tahu


Adegan orang patah hati yang duduk dengan es krim di depan TV memang sudah biasa. Namun riset terbaru menunjukkan bahwa sebenarnya, bukan makanan manis yang membuat kita merasa lebih baik, melainkan aktivitas makan itu sendiri.


Dalam sebuah penelitian, peserta yang diberi makanan favorit, camilan sehat, atau bahkan tidak diberi apa-apa setelah menonton video sedih, ternyata merasa lebih baik hanya dengan makan apa saja, termasuk makanan sehat seperti kacang-kacangan. Jadi, mungkin yang benar-benar membantu adalah ritual makan, bukan jenis makanannya.


Efek Jangka Panjang Gula: Kebahagiaan Singkat, Masalah Lama


Yang sulit dari konsumsi gula adalah efeknya yang cepat dan sebentar. Setelah gula darah naik, insulin turun untuk menyeimbangkan, kadang malah terlalu cepat sehingga Anda merasa lelah, mood gampang berubah, atau cemas.


Kalau terus-menerus seperti ini, tubuh jadi stres dan risiko masalah kesehatan seperti gangguan gula darah dan suasana hati yang tidak stabil meningkat. Beberapa penelitian juga mengaitkan konsumsi gula berlebih dengan perasaan sedih dan kurang termotivasi.


Selain itu, usus yang sering disebut “otak kedua” punya peran penting. Bakteri di usus lebih suka makanan kaya serat daripada gula olahan, dan kondisi usus yang sehat bisa memengaruhi mood secara positif.


Bahagia Tanpa Harus Bergantung Gula


Faktanya, Anda bisa merasa bahagia tanpa harus makan makanan manis. Studi menunjukkan bahwa makan sayur, buah, dan protein sehat bisa memberikan kebahagiaan yang hampir sama dengan makan kue.


Lebih menarik lagi, “afternoon tea” atau waktu makan sore justru dinilai sebagai momen paling menyenangkan, lebih dari sarapan atau makan siang. Jadi, mungkin yang lebih penting bukan cuma apa yang Anda makan, tapi kapan dan bagaimana Anda menikmatinya.


Cara Jitu Mengatasi Ngidam Manis


Kalau Anda termasuk yang gampang ngidam makanan manis, coba beberapa tips ini:


- Kurangi stres – Makan teratur, tidur cukup, dan rutinitas kecil bisa bantu menurunkan hormon stres yang picu ngidam gula.


- Ganti dengan yang lebih sehat – Pilih buah alami seperti pisang, apel, stroberi, atau ubi manis hangat. Rasanya tetap manis tapi nutrisinya jauh lebih baik.


- Cari mood booster lain – Mengobrol dengan teman, jalan-jalan di bawah sinar matahari, atau melakukan aktivitas kreatif bisa jadi pengalih yang efektif.


Makanan adalah bagian dari hidup, dan tidak apa-apa menikmati sesuatu yang manis sesekali. Tapi ingat, kebahagiaan sejati nggak harus datang dari gula.


Ketika stres datang dan toples kue memanggil, coba berhenti sejenak dan tanyakan pada diri sendiri: apakah ini yang benar-benar saya butuhkan? Jawabannya mungkin akan mengejutkan Anda.


Kalau Anda ingin lebih banyak tips soal makanan dan perasaan, ayo ngobrol! Ngomong-ngomong, apa camilan favorit Anda saat butuh penghibur? Apakah benar-benar membuat Anda merasa lebih baik?