Ketika mendengar tentang burung beo, yang biasanya terlintas adalah burung cantik berwarna-warni yang lincah dan pandai bicara Tapi siapa sangka, di alam liar Selandia Baru, ada dua jenis burung beo yang sama sekali berbeda dari gambaran tersebut.


Satu hidup seperti makhluk malam yang lucu dan tidak bisa terbang, sementara yang lainnya tinggal di pegunungan dan terkenal karena kepintarannya, serta sifatnya yang suka iseng!


Kenalkan dua bintang dari negeri Kiwi ini: Kakapo dan Kea. Keduanya punya karakter yang benar-benar bertolak belakang. Mari selami dunia unik mereka yang bikin penasaran dan penuh kejutan!


Kakapo: Si Gendut yang Menggemaskan Tapi Tak Bisa Terbang


Kakapo (dibaca: KAH-kah-poh) adalah burung yang sangat langka dan unik. Ia tercatat sebagai satu-satunya burung beo di dunia yang tidak bisa terbang. Penyebabnya? Tubuhnya terlalu berat! Kakapo dewasa bisa mencapai berat lebih dari 3,5 kilogram. Coba bayangkan burung dengan bulu hijau tebal dan tubuh bulat yang mencoba mengepakkan sayap, tapi malah berjalan terpincang-pincang. Sayapnya kini lebih mirip ornamen daripada alat untuk terbang.


Nama Kakapo berasal dari bahasa Māori: “kaka” artinya burung beo, dan “po” berarti malam. Maka, tak heran jika ia dijuluki "burung malam", karena aktivitas utamanya terjadi saat malam tiba. Saat kebanyakan makhluk sedang tertidur, Kakapo justru aktif menjelajahi sekitar. Tapi, jika mendengar langkah kaki, ia bisa saja muncul di siang hari karena rasa penasarannya yang tinggi.


Populasinya Semakin Sedikit, Apa Penyebabnya?


Banyak yang mengira penyebab utama penurunan jumlah Kakapo adalah aktivitas manusia. Padahal, alasan utamanya justru berasal dari sifat alami Kakapo sendiri, terlalu penasaran!


Melihat benda mengilap? Ia akan menghampiri. Mendengar suara asing? Ia akan mencarinya. padahal ia tak punya kemampuan untuk melarikan diri dengan cepat karena tidak bisa terbang.


Kondisi ini menjadikannya sasaran empuk bagi berbagai ancaman alam.


Padahal, jika berada di lingkungan yang aman, Kakapo bisa hidup sangat lama, bahkan hingga usia 95 tahun! Dahulu, burung ini dapat ditemukan hampir di seluruh pulau-pulau selatan Selandia Baru. Sekarang, Kakapo hanya bisa ditemukan di beberapa pulau kecil yang benar-benar dijaga ketat. Tim konservasi bekerja keras memantau dan menjaga populasi mereka agar bisa bangkit kembali.


Kea: Si Jenius Gunung yang Usil Tapi Mengagumkan


Berlawanan total dengan Kakapo, Kea adalah burung yang gesit, cerdas, dan dikenal sangat aktif. Burung ini merupakan satu-satunya jenis beo di dunia yang tinggal di kawasan pegunungan. Ia tidak takut akan suhu dingin dan mampu bertahan hidup di medan terjal dan cuaca dingin yang menantang.


Banyak yang menyebut Kea sebagai “si jenius dari dunia burung beo”. Kea mampu memecahkan teka-teki, bermain-main dengan benda-benda asing, bahkan membuka tas atau pintu mobil hanya untuk mencari makanan. Kepintarannya yang luar biasa diimbangi dengan sikap jahil yang menghibur sekaligus membuat repot.


Mengapa Kea Dapat Dicintai Sekaligus Dikhawatirkan?


Kea masih cukup banyak ditemukan di alam liar, terutama di wilayah pegunungan Selandia Baru. Tapi jangan tertipu dengan penampilannya yang lucu, burung ini punya paruh yang sangat kuat dan tajam, bahkan sering dibandingkan dengan paruh elang!


Saking usilnya, Kea pernah dijuluki “burung beo penggoda domba” oleh masyarakat setempat. Sebab, Kea kadang terlihat mencabuti bulu domba hanya karena iseng. Tingkah lakunya memang mengundang tawa, tapi juga menjadi tantangan tersendiri dalam upaya pelestarian.


Sayangnya, populasi Kea kini juga mulai menurun. Perubahan habitat dan interaksi negatif dengan manusia mulai memengaruhi kelangsungan hidup mereka. Meskipun belum tergolong langka, para ahli konservasi terus memantau situasinya dengan cermat. Jika tidak ada langkah nyata, bisa saja nasib Kea mengikuti jejak Kakapo.


Menakjubkan, bukan? Dua burung dari satu negara, tapi dengan kepribadian dan cara hidup yang sangat berbeda. Kakapo si malam yang lembut dan pemalu, Kea si cerdas yang penuh energi dan rasa ingin tahu. Keduanya memiliki tempat istimewa di hati para pecinta alam dari seluruh dunia.


Namun, keistimewaan mereka hanya akan bertahan jika kita ikut menjaga. Mereka bukan hanya makhluk lucu untuk dikagumi di media sosial, tetapi simbol keanekaragaman hayati yang harus dilestarikan. Dunia tak akan sama tanpa suara lembut Kakapo di malam hari atau kecerdikan Kea yang menghibur para pendaki di pegunungan.


Pernahkah Anda melihat burung yang tidak bisa terbang? Atau seekor burung yang membuka tas hanya untuk mencuri camilan? Jika diberi pilihan, Anda lebih suka bertetangga dengan Kakapo si pemalu, atau Kea si jail?


Apa pun pilihan Anda, satu hal yang pasti: keduanya adalah harta tak ternilai yang layak untuk diperjuangkan dan dilestarikan. Mari sebarkan cerita mereka, karena semakin banyak yang tahu, semakin besar peluang mereka untuk bertahan hidup.